Sejarah Dan Asal Usul Kemunculan Syiah

Advertisement
Advertisement
Sejarah Dan Asal Usul Adanya Kemuculan Aliran Syi’ah

Mengenai kemunculan kelompok syiah banyak sekali aneka ragamnya, sebagaimana dijelaskan oleh iqbal yang mengataka bahawasanya syiah lahir sebagai reaksi atas mayoritas kelompok sunni yang sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW telah mendominasi dalam percaturan politik islam.

Para ahli-ahli sejarah sebagaimana dijelaskan ensiklopedia islam sebagian mengangap syiah lahir setelah wafat Nabi Muhammad SAW, yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara golongan muhajirin dan anshor di balai pertemuan saqifah Bani Sa’idah yang diselenggarakan di gedung pertemuan yang di kenal dengan Dar al Nadwa di Madinah, dan lebih jauh di jelaskan sebagian ahli sejarah menganggap syiah lahir pada masa akhir khalifah Usman Ibn Affan atau pada masa awal kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib dan dijelaskan lebih jauh mengatakan bahwasannya pendapat yang paling populer bahwasannya syiah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak pasukan sahabat Ali Bin Abi Thalib dan Mu’awiyah Ibn Abu Sofyan di siffin.

Pada perkembangan selanjutnya, aliran syiah ini terpecah menjadi puluhan cabang atau sekte, hal ini disebabkan karena cara pandang yang berbeda dikalangan mereka mengenai sifat imam ma’sum atau tidak dan perbedaan didalam mentukan pengganti imam.

Pengangkatan sahabat Ali Bin Abi Thalib menjadi khalifah menggantikan khalifah Utsman Ibn Affan tidak merubah keadaan menjadi lebih baik hal tersebut tampak dari ketidakpuasan pihak khalifah Utsman Ibn Affan, keluarga Muawiyah Ibn Abi Sofyan terhadap sebagian pendukung sahabat Ali Bin Abi Thalib yang dianggap sebagai pelaku pembunuhan khalifah Utsman Ibn affan itu terlindunggi. Sehingga pihak muawiyah mendesak untuk segera mengadili pihak-pihak yang terlibat dalam pembunuhan khalifah Utsman Ibn Affan mereka melakuan pemberontakan-pemberontakan dan puncaknya itu pada perang siffin yang terjadi antara sahabat Ali Bin Abi Thalib dan Muawiyyah.

Perang siffin ini hampir dimenangkan oleh sahabt Ali Bin Abi Thalib akan tetapi, pihak Muawiyyah mengajak berdamai hingga mereka sepakat menyerahkan kepemimpinan dan diserahkan kepada umat untuk pemilihan pemimpin yang baru. Kesepakatan ini dikenal dengan “tahkim” antara kedua belah pihak untuk menyelsaikan pertikaian dan mengambil kemaslahatan bersama.


Advertisement